A S M A N A

HOME ABOUT AFFIES STUFFS CHAT NEWER OLDER

Belajar dan Tinggal di Kyoto, Jepang (1)
Sunday 20 January 2019 - Permalink - 1 Comment(s)
(picture from tokyobanhbao.com on pinterest)

            Memasuki tahun 2019, artinya tahun ajaran baru akan segera dimulai beberapa bulan lagi. Bagi siswa kelas XII sekolah menengah, inilah waktu di mana terjadi peralihan dari status siswa menjadi mahasiswa (maupun bekerja atau apapun itu kegiatan pasca sekolah). Salah satu pilihan untuk dijadikan tempat menimba ilmu adalah di luar negeri, termasuk Jepang yang banyak diminati pelajar Indonesia.
            Berikut adalah pengalaman dari seorang narasumber ketika belajar di sekolah bahasa dan tinggal di Kyoto, Jepang!
Sebagai informasi tambahan, jika ingin kuliah di Jepang tentunya harus menguasai dulu bahasanya, baik untuk keperluan pendidikan maupun kehidupan sehari-hari. Biasanya calon mahasiswa akan sekolah bahasa dulu selama 1,5 hingga 2 tahun agar kemampuan Bahasa Jepangnya memadai (sekitar level N2).

Jika Tokyo dirasa terlalu ramai dan menginginkan suasana yang lebih dekat dengan alam, Kyoto bisa menjadi pilihan tempat untuk tinggal dan belajar di Jepang. Mengenai biaya hidup, menurut narasumber, nominal yang dapat memenuhi kebutuhan satu bulan adalah sekitar 10-15 juta rupiah, sudah termasuk biaya tempat tinggal, transportasi, listrik, air, dan gas, serta makanan sehari-hari dan keperluan lainnya. Namun perlu diketahui biaya yang disebutkan tadi juga bergantung pada keperluan dan lokasi tempat tinggal. Ada beberapa cara untuk menghemat pengeluaran, salah satunya adalah dengan memilih memasak di rumah daripada membeli makanan di luar atau tinggal di daerah pedesaan yang biaya sekolah dan sewa tempat tinggalnya lebih murah.

Dibanding Tokyo, lalu lintas Kyoto terbilang cukup lengang dan jarang terjadi kemacetan. Hanya saja, karena kebiasaan warga Jepang bepergian dengan kereta membuat jalanan kota ramai dengan pejalan kaki. Selain kedisiplinannya, Jepang juga terkenal akan kebersihannya. Toilet umum di Kyoto biasanya bersih, hanya saja orang Indonesia harus lebih bisa menyesuaikan karena toiletnya berupa toilet kering.

            Sebagai muslim, mencari makanan halal serta tempat untuk melaksanakan sholat merupakan hal yang sangat penting. Jepang saat ini telah menyediakan peta khusus untuk wisatawan muslim yang bisa didapatkan di stasiun-stasiun kereta. Di lingkungan sekolah pun, banyak universitas maupun sekolah bahasa yang tidak keberatan jika ada murid yang meminta izin untuk melaksanakan sholat di sekolah. Kuncinya, jangan malu untuk sholat di mana saja asalkan layak dijadikan tempat ibadah.

            Berbeda dengan Kobe atau Fukuoka yang populasi muslimnya cukup banyak, jumlah muslim di Kyoto masih cukup sedikit, sehingga mencari makanan halal dapat menjadi tantangan tersendiri bagi muslim di sana.

            Bagaimana dengan orang-orangnya? Sudah sering dikatakan bahwa kebanyakan orang Jepang cenderung bersifat tertutup sehingga lebih sulit untuk mengakrabkan diri. Namun, dengan belajar di Jepang, jaringan pertemanan akan semakin meluas dan berpeluang besar untuk berinteraksi dengan orang-orang dari negara lain.

http://uny.ac.id
http://library.uny.ac.id
http://journal.uny.id

Labels: ,



Comment(s)
Thank you for reading! If you don't have any google account, please write your name or link:)
Blogger Unknown said...

mantap mbak Asma

 

Post a Comment